DISCLAIMER

This research report is prepared by PT MINNA PADI INVESTAMA Tbk for information purposes only and are not to be used or considered as an offer or the solicitation of an offer to sell or to buy or subscribe for securities or other financial instruments. The report has been prepared without regard to individual financial circumstance, need or objective of person to receive it. The securities discussed in this report may not be suitable for all investors. The appropriateness of any particular investment or strategy whether opined on or referred to in this report or otherwise will depend on an investor’s individual circumstance and objective and should be independently evaluated and confirmed by such investor, and, if appropriate, with his professional advisers independently before adoption or implementation (either as is or varied).

Senin, 28 Mei 2012

Ini satu lagi jurus Mayora naikkan keuntungan


JAKARTA. Meski permintaan di sektor consumer goods diprediksi masih akan kuat, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) tetap mendorong efisiensi agar kinerja makin cemerlang. Produsen permen kopi merek Kopiko ini menyiapkan dana Rp 50 miliar untuk meningkatkan produksi kakao untuk memenuhi kebutuhan bahan baku sendiri.
Melalui anak usahanya, PT Kakao Mas Gemilang akan meningkatkan kapasitas produksi untuk mengurangi ketergantungan perusahaan ini dari produsen kakao lain. Seperti diketahui, MYOR banyak menggunakan bahan baku kakao untuk memproduksi makanan kecil.
Yang jelas, produksi snack atau makanan kecil MYOR memang sangat bergantung pada pasokan cokelat. Maklum, hampir seluruh produk MYOR menggunakan cokelat.
Selain memproduksi Kopiko dan Torabika, MYOR juga memiliki sejumlah produk, seperti Danisa dan Energen serta makanan berbasis cokelat, seperti Choki-Choki, Beng-Beng, dan Astor.
MYOR akan meningkatkan kapasitas produksi di Pabrik Kakao Mas yang berada di Tangerang, Banten. Pabrik ini mengolah kakao untuk dijadikan cocoa butter dan cocoa powder. Kapasitas produksi Kakao Mas mencapai 7.200 ton per tahun yang terdiri dari 2.400 ton cocoa butter dan 4.800 ton cocoa powder. Sayang, manajemen MYOR belum mau merinci berapa peningkatan produksi yang akan dikejar.
Analis BNI Securities Akhmad Nurcahyadi melihat, langkah yang diambil MYOR ini memang untuk meningkatkan efisiensi perusahaan. Ujung-ujungnya, MYOR akan meraih kenaikan margin dari langkah efisiensi ini.
Langkah ini mirip dengan yang terjadi pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), yaitu aksi cross selling yang terjadi di antara anak usaha. Itu akan membuat operasional MYOR menjadi lebih efisien. "Sehingga akan mempermudah MYOR untuk bisa menjaga harga dan laba bersih di 2012 ini," kata Akhmad.
Catatan Akhmad, selama ini MYOR memang masih menjadi nomor satu di segmennya, namun MYOR lemah dalam hal diversifikasi. "Mungkin alasan MYOR adalah untuk fokus dan tidak berniat merambah area di mana mereka tidak memiliki keahlian," kata Akhmad. Sekadar informasi, penjualan produk makanan ringan berbahan baku kakao dan kopi berkontribusi sekitar 52% terhadap total penjualan MYOR.
Kinerja masih tumbuh
Sepanjang kuartal I 2012, MYOR berhasil meningkatkan keuntungan kotor (gross profit) sebesar 35% menjadi Rp 498,05 year on year (yoy). Pendapatan operasional pun naik 40,90% menjadi Rp 215,19 miliar (yoy).
Namun, perlu diingat, sumber dana ekspansi dari penerbitan obligasi bisa mengganggu laba bersih MYOR. Untuk mendanai seluruh ekspansi di tahun ini, MYOR menerbitkan Obligasi IV Mayora Indah Tahun 2012 sebesar Rp 500 miliar. Adapun, anggaran Rp 250 miliar akan ditutupi dari Sukuk Mudharabah II Mayora Indah Tahun 2012.
Analis Danareksa Securities Mardesiana menghitung, beban bunga MYOR pada 2012 sebesar Rp 174 miliar, naik dari tahun lalu yang sebesar Rp 143 miliar. "Utang bersih Mayora akan menjadi sekitar Rp 1,9 triliun tahun ini," kata Mardesiana, dalam risetnya.
Meski begitu, MYOR masih bisa menjaga pertumbuhan kinerja yang cukup kuat. Ia menghitung, pendapatan MYOR tahun ini bisa meningkat 20,60% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp 11,40 triliun. Sedangkan, laba bersih diperkirakan naik 47% menjadi Rp 693 miliar.
Pencapaian laba bersih MYOR pada kuartal I 2012 yang sebesar Rp 139,38 miliar sudah sesuai dengan proyeksi Mardesiana. "Ini sesuai dengan hitungan kami bahwa kuartal I berkontribusi sekitar 20% dari total proyeksi laba bersih 2012," katanya.
Dari sisi penjualan, pasar domestik dan ekspor masih bakal terus tumbuh. Selama kuartal I-2012, penjualan domestik MYOR meningkat sekitar 15% menjadi Rp 1,8 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu. Sementara, penjualan di pasar ekspor melejit 84,12% menjadi Rp 812 miliar.
Melihat data itu, Mardesiana merekomendasikan beli MYOR dengan target harga Rp 25.750 per saham. Analis Deutsche Bank Reggy Susanto pun merekomendasikan beli MYOR dengan target harga Rp 25.000 per saham. Namun, Akhmad merekomendasikan tahan MYOR di harga Rp 20.750 per saham.
Pada penutupan bursa kemarin (28/5), harga MYOR ditutup melemah 0,47% menjadi Rp 21.200 per saham.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar