IMQ, Jakarta — PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menyiapkan alokasi (pipeline) kredit korporasi berkisar Rp10-15 triliun untuk tahun ini. Dana ini rencananya disalurkan untuk BUMN dan swasta.
"Ada sektor infrastruktur, pekerjaan umum, perdagangan, hingga industri lain. Namun, investasi BUMN yang besar-besar saja karena sebagai motor pertumbuhan," ujar Direktur Business Banking BNI Krishna Suparto ditemui usai penandatangan Nota Kesepahaman di Jakarta, Selasa (15/5).
Menurutnya saat ini penyaluran kredit korporasi sudah meningkat menjadi 40%, dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya sekitar 17-18%. Sementara 60% untuk sektor menengah kecil. Untuk jangka menengah, BNI akan meningkatkan kredit untuk ekonomi menengah kecil menjadi 70%, sedangkan 40% untuk kredit keseluruhan.
"Korporasikan pembiayaannya antara tahun kedua, ketiga, atau mereka bisa menerbitkan obligasi atau rights issue," ujarnya.
Diakuinya fasilitas kredit yang tidak dicairkan (undisbursed loan) untuk sektor infrastruktur, ia mengakui kendala utama yang dihadapi oleh perusahaan infrastruktur adalah pembebasan lahan bila ingin membangun jalan tol. Lain halnya dengan PLN di mana membutuhkan jaringan tersambungnya listrik dan gardu.
"Kan mereka harus meminta izin dari lembaga atau instansi terkait, walau undisbursed loannya sendiri sudah terjadwal," imbuhnya.
Menyoal rencana penerbitan obligasi dolar senilai US$500 juta, ia optimistis permintaan akan baik karena waktu pelaksanaannya tepat.
"Permintaannya lebih (oversubcribe). Kita juga harus memperhatikan pasar karena ada gonjang-ganjing Eropa. Sekarang ini malah kabar dari JP Morgan," imbuhnya.






Tidak ada komentar:
Posting Komentar