Sesi perdagangan saham di New York kembali berakhir mixed dengan indeks Dow Jones ditutup melemah tipis 0.06% sementara indeks S&P dan NASDAQ berakhir menguat masing-masing 0.11% dan 0.46%. Sementara itu, di Eropa indeks FTSE dan DAX berakhir di zona merah setelah masing-masing mencatatkan penurunan 0.54% dan 0.4%.
Di sesi domestik Jakarta Composite Index (JCI) masih berhasil menguat 0.5%, demikian halnya dengan indeks LQ-45 dan IDX30 yang naik 0.77% dan 0.96%. Namun, dengan hari Kamis merupakan hari terakhir perdagangan di bursa sebelum dimulainya libur panjang, pergerakan hari ini kemungkinan akan terbatas dalam hal volume maupun volatilitasnya.
Data yang dirilis oleh Federal Reserve pada hari Rabu malam belum mampu memberikan dampak signifikan bagi pasar. Seperti dilaporkan oleh Federal Reserve, produksi pada pabrik, pertambangan dan infrastruktur lainnya meningkat 0.6% di bulan Juli lalu setelah pada bulan sebelumnya naik tipis 0.1%.
Sementara itu data lainnya menunjukkan bahwa biaya hidup dalam 12 bulan terakhir mengalami kenaikan paling kecil dalam dua tahun terakhir. Indeks harga konsumen Amerika stagnan di bulan Juli, namun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya CPI naik 1.4%. Sebelumnya, para analis memprediksikan CPI mengalami kenaikan sebesar 0.2%. Di luar komponen makanan dan bahan bakar, CPI naik 0.1%, juga di bawah ekspektasi pasar.
Data lainnya lagi mengindikasikan bahwa sentimen di antara perusahaan-perusahaan konstruksi perumahan menanjak ke level tertinggi dalam lima tahun terakhir. Indeks National Association of Home Builders/Wells Fargo naik ke level 37, lebih tinggi dari ekspektasi dan juga terbaik sejak Februari 2007 lalu. Walaupun membaik, angka di bawah 50 diartikan bahwa kondisi masih buruk.
Di China, PM Wen Jiabao pada hari Rabu mengatakan bahwa menurunnya tingkat inflasi memungkinkan adanya ruang ekstra bagi bank sentral China untuk melakukan penyesuaian pada kebijakan moneternya. Wen juga mengatakan bahwa ada perkembangan positif yang muncul dari perekonomian meskipun data yang dirilis beberapa waktu yang lalu menunjukkan bahwa perekonomian China terus mengalami perlambatan. China telah memangkas rasio kecukupan cadangan perbankan sebanyak tiga kali sejak November lalu dan telah menurunkan suku bunga di bulan Juni dan Juli dan dalam waktu yang sama mempercepat proses perijinan proyek-proyek investasi. Di antara tiga bank sentral utama dunia, PBOC diasumsikan yang paling berpotensi untuk mengambil langkah stimulus berikutnya melalui kebijakan moneternya. Federal Reserve diperkirakan masih akan tetap melakukan aksi wait-and-see, terutama karena akan adanya pemilu bulan November mendatang, sementara pihak ECB belum akan mengambil keputusan baru sebelum adanya pertemuan para pemimpin di Eropa bulan mendatang. Saat ini para pemimpin Eropa masih menjalani masa liburannya.
Rentang pergerakan harga tetap diprediksi berada antara 4080 dan 4150 hari Kamis ini.
Click here to download the full update (PDF)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar